Filosofi Slogan “Rewako Gowa" Dalam Perspektif Ketua DPP LSM Gempa Indonesia, Amiruddin SH Karaeng Tinggi !!!!
Gowa 14 November 2024~
Ketua DPP LSM Gempa Indonesia, Amiruddin SH Karaeng Tinggi, mengulas filosofi di balik slogan “Rewako Gowa” yang telah dikenal luas di masyarakat Gowa. Menurut pendapat Amiruddin, slogan ini memiliki makna mendalam, yaitu “Rehabilitasi Watak Orang Gowa.”
Amiruddin menjelaskan bahwa , dalam pandangannya, slogan ini awalnya bermaksud untuk membentuk watak yang kuat dan berkarakter di kalangan masyarakat Gowa.
Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, muncul slogan lain seperti “Komandan” dan “Punggawa” yang membawa implikasi berbeda. “Komandan” dianggap memberikan perintah yang harus ditaati tanpa kompromi, di mana masyarakat diharapkan patuh dalam setiap instruksi.
Dijelaskan lagi bahwa, sementara slogan “Punggawa” mengindikasikan bahwa masyarakat harus mengikuti arahan seorang pemimpin tanpa mempertanyakan keputusan yang diambil.
Amiruddin selaku kontrol sosial menyoroti sejumlah bukti yang menunjukkan bagaimana slogan-slogan ini telah memengaruhi kehidupan masyarakat Gowa:
1. Pembangunan Istana Tamalate yang megah di Lapangan Bungaya dianggap lebih besar dan megah dibandingkan dengan rumah Istana Kerajaan Gowa (Balla Lompoa). Hal ini dinilai sebagai simbol kekuasaan yang lebih besar.
2. Dalam sistem pemerintahan Gowa, masyarakat dibuat bergantung pada pemerintah dengan cara membatasi daya dan kemampuan mereka. Rakyat diharapkan tunduk dan taat , tegak lurus kepada sosok “Komandan” dan “Punggawa.”
3. Pembatasan jabatan strategis di Gowa, di mana klan tertentu tidak memberikan kesempatan kepada orang Gowa untuk mengisi posisi-posisi di dinas yang memiliki pendapatan besar.
4. Membatasi pendidikan dan kecerdasan masyarakat, dengan pandangan bahwa masyarakat yang cerdas bisa mengancam stabilitas kekuasaan.
5. Perubahan budaya masyarakat Gowa melalui peraturan daerah yang memungkinkan Bupati memiliki kedudukan seperti Raja Gowa.
6. Pengumpulan penghargaan secara masif untuk membangun kredibilitas di mata publik, yang oleh Amiruddin sebut sebagai bentuk “pembohongan publik.”
Lanjut, dalam pandangan Amiruddin, slogan “Rewako Gowa” pada akhirnya mengokohkan dinasti kekuasaan salah satu kelompok selama 32 tahun, di mana posisi Bupati selalu berada di tangan klan yang sama selama sekitar 30 tahun.
Lebih lanjut, Amiruddin menyebut bahwa dinasti ini bertahan karena adanya kekuatan besar yang melibatkan dukungan ekonomi, pengaruh dan kekuatan masyarakat yang sudah dibentuk dan sudah direhabilitasi watak akibat Slogan "Rewako Gowa" yang pada akhirnya membuat masyarakat Gowa tidak menyadari bentuk-bentuk kekuatan ini.
Sebagai aktivis sosial, Amiruddin melihat bahwa kekuasaan yang terjaga dengan dukungan kekuatan besar seperti ini akan sulit untuk dilawan oleh masyarakat biasa. Namun apabila masyarakat bersatu maka kekuatan yang besar itu akan runtuh dengan sendirinya dan
sekarang masyarakat Gowa sudah mulai sadar melihat kekuatan kelompok tersebut yang sudah mulai redup akibat berbagai macam peristiwa kasus korupsi.
Hal ini membuat masyarakat sudah mulai sadar bahwa tidak ada orang yang kebal hukum Indonesia siapapun orangnya tutupnya.
REDMGI /Bang Enal